IBNU SINA
Dalam sejarah pemikiran
filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam banyak hal unik, sedang
diantara para filosof muslim ia tidak hanya unik, tapi juga memperoleh
penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu - satunya
filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap
dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim
beberapa abad.
Pengaruh ini terwujud bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi karena
sistem yang ia miliki itu menampakkan keasliannya yang menunjukkan jenis jiwa
yang jenius dalam menemukan metode - metode dan alasan - alasan yang diperlukan
untuk merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual
Hellenisme yang ia warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.
BIOGRAFI
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain Ibn Abdillah
Ibn Sina. Ia lahir pada tahun 980 M di Asfshana, suatu tempat dekat Bukhara.
Orang tuanya adalah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman.Di Bukhara
ia dibesarkan serta belajar falsafah kedokteran dan ilmu - ilmu agama Islam.
Ketika usia sepuluh tahun ia telah banyak mempelajari ilmu agama Islam dan
menghafal Al-Qur’an seluruhnya. Dari mutafalsir Abu Abdellah Natili, Ibnu Sina
mendapat bimbingan mengenai ilmu logika yang elementer untuk mempelajari buku
Isagoge dan Porphyry, Euclid dan Al-Magest-Ptolemus. Dan sesudah gurunya pindah
ia mendalami ilmu agama dan metafisika, terutama dari ajaran Plato dan
Arsitoteles yang murni dengan bantuan komentator - komentator dari pengarang
yang otoriter dari Yunani yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Dengan ketajaman otaknya ia banyak mempelajari filsafat
dan cabang - cabangnya, kesungguhan yang cukup mengagumkan ini menunjukkan
bahwa ketinggian otodidaknya, namun di suatu kali dia harus terpaku menunggu
saat ia menyelami ilmu metafisika-nya Arisstoteles, kendati sudah 40 an kali
membacanya. Baru setelah ia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li
Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban dan
penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi segala
simpanan ilmu metafisika. Maka dengan tulus ikhlas dia mengakui bahwa dia
menjadi murid yang setia dari Al-Farabi
Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin
Yahya, seorang Masehi. Belum lagi usianya melebihi enam belas tahun,
kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang
yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori - teori
kedokteran, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati orang - orang sakit.Ia
tidak pernah bosan atau gelisah dalam membaca buku - buku filsafat dan setiap
kali menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Tuhan untuk diberinya
petunjuk, dan ternyata permohonannya itu tidak pernah dikecewakan. Sering -
sering ia tertidur karena kepayahan membaca, maka didalam tidurnya itu
dilihatnya pemecahan terhadap kesulitan - kesulitan yang dihadapinya.
Sewaktu berumur 17 tahun ia telah dikenal sebagai dokter dan
atas panggilan Istana pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih
kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali, dan
dapat pula mengunjungi perpustakaan yang penuh dengan buku - buku yang sukar
didapat, kemudian dibacanya dengan segala keasyikan. Karena sesuatu hal,
perpustakaan tersebut terbakar, maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa
ia sengaja membakarnya, agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari
perpustakaan itu .Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang filsafat dan kedokteran,
kedua duanya sama beratnya. Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan
Al-Qanun fit-Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab
kitab ini selain lengkap, disusunnya secara sistematis.
Dalam bidang materia medeica, Ibnu Sina telah banyak
menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga - dimana tumbuh - tumbuhan
banayak membantu terhadap bebebrapa penyakit tertentu seperti radang selaput
otak (miningitis).
Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang menemukan
peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh
William Harvey. Dia pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama
masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya.
Dia jugalah yang mula - mula mempraktekkan pembedahan
penyakit - penyakit bengkak yang ganas, dan menjahitnya. Dan last but not list
dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern yang kini
disebut psikoterapi.
Dibidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof
di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan genius
orisinil yang bukan hanya dunia Islam menyanjungnya ia memang merupakan satu
bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, yang bukan pinjaman sehingga
Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan
dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles
sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di Barat, karena kitabnya tersembunyi
entah dimana, dan sekiranya ada, sangat sukar sekali didapatnya dan sangat
susah dipahami dan digemari orang karena peperangan - peperangan yang meraja
lela di sebeleah Timur, sampai saatnya Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dan juga
pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan
penerangan dan keterangan yang luas.”
Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, iapun
penyair. Ilmu - ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada
yang ditulisnya dalam bentuk syair. Begitu pula didapati buku - buku yang
dikarangnya untuk ilmu logika dengan syair.
Kebanyakan buku - bukunya telah disalin kedalam bahasa
Latin. Ketika orang - orang Eropa diabad tengah, mulai mempergunakan buku -
buku itu sebagai textbook, dipelbagai universitas. Oleh karena itu nama Ibnu
Sina dalam abad pertengahan di Eropah sangat berpengaruh.
Dalam dunia Islam kitab - kitab Ibnu Sina terkenal, bukan
saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi karena bahasanya yang baik dan
caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga
menulis dalam bahasa Persia. Buku - bukunya dalam bahasa Persia, telah
diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.
Karya - karya Ibnu Sina yang ternama dalam lapangan
Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah resum dari
kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain
dari pada itu, ia banyak menulis karangan - karangan pendek yang dinamakan
Maqallah. Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia memperoleh inspirasi dalam
sesuatu bentuk baru dan segera dikarangnya.
Sekalipun ia hidup dalam waktu penuh kegoncangan dan
sering sibuk dengan soal negara, ia menulis sekitar dua ratus lima puluh karya.
Diantaranya karya yang paling masyhur adalah “Qanun” yang merupakan ikhtisar
pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur. Buku ini dterjemahkan ke
baasa Latin dan diajarkan berabad lamanya di Universita Barat. Karya keduanya
adalah ensiklopedinya yang monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini merupakan
titik puncak filsafat paripatetik dalam Islam.
Ibnu Sina dikenal di Barat dengan nama Avicena (Spanyol
aven Sina) dan kemasyhurannya di dunia Barat sebagai dokter melampaui
kemasyhuran sebagai Filosof, sehingga ia mereka beri gelar “the Prince of the
Physicians”. Di dunia Islam ia dikenal dengan nama Al-Syaikh- al-Rais. Pemimpin
utama (dari filosof - filosof).
Meskipun ia di akui sebagai seorang tokoh dalam keimanan,
ibadah dan keilmuan, tetapi baginya minum – minuman keras itu boleh, selama
tidak untuk memuaskan hawa nafsu. Minum – minuman keras dilarang karena bias
menimbulkan permusuhan dan pertikaian, sedangkan apabila ia minum tidak
demikian malah menajamkan pikiran.
Didalam al-Muniqdz min al-Dhalal, al-Ghazali bahwa Ibnu
Sina pernah berjanji kepada Allah dalam salah satu wasiatnya, antara lain bahwa
ia akan menghormati syari’at tidak melalaikan ibadah ruhani maupun jasmani dan
tidak akan minum – minuman keras untuk memuaskan nafsu, melainkan demi
kesehatan dan obta.
Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan aktifitas -aktifitas
kerja keras. Waktunya dihabiskan untuk urusan negara dan menulis, sehingga ia
mempunyai sakit maag yang tidak dapat terobati. Di usia 58 tahun (428 H / 1037
M) Ibnu Sina meninggal dan dikuburkan di Hamazan.
Abu 'Ali
al-Husain bin' Abd Allāh bin Sīnā ', yang
dikenal sebagai Abu Ali Sina (Arab : ابوعلی سینا) atau Ibnu Sina (Arab : ابن سینا) atau barat mengenalnya
dengan nama Latin Avicenna (Yunani: Aβιτζιανός), (lahir
c. 980 dekat Bukhara (kini wilayah Uzbekistan) meninggal 1037 di Hamedan (kini
wilayah Iran). Beliau adalah seorang kebangsaan Persia yang ahli
matematikawan, dokter, ensiklopedis dan filsuf yang tekenal
dizamannya. Beliau juga seorang astronomi, apoteker, ahli
geologi, logician, paleontologist, fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara,
negarawan, dan guru.
Ibnu Sīnā telah menulis hampir
450 karya dengan berbagai disiplin ilmu, namun hanya sekitar 240 yang masih
bertahan hingga kini. Secara khusus, dari 150 karyanya yang masih ada
berkonsentrasi pada falsafah dan 40 diantaranya berkonsentrasi pada kedokteran.
Karyanya paling terkenal adalah Buku Penyembuhan, yang
memuat ensiklopedi luas dan filosofis ilmiah (Al Qanun Al
Tibb) The Canon of Medicine, yang merupakan standar
medis di banyak perguruan tinggi zaman modern. The Canon of
Medicine telah digunakan sebagai buku teks di perguruan tinggi dari
Montpellier dan Louvain pada akhir 1650.
Ibnu Sīnā mengembangkan sistem
medis yang menkombinasikan antara pengalaman pribadi dalam pengobatan Islam,
sistem pengobatan Yunani dokter Galen, metafisika Aristoteles
serta berbagai sistem pengobatan kuno dari Persia, Mesopotamian dan India. Dia
juga penemu dari logika Avicennian
dan pendiri sekolah filosofis Avicinna, yang memiliki pengaruh
dalam dunia Muslim dan Ilmuwan Modern.
Ibnu Sīnā dianggap sebagai Bapak
dari pengobatan modern, dan pharmacology khususnya untuk pengenalan
sistematis eksperimen dan hitungan ke dalam studi fisiologi, penemuan itu
menular dari sifat infeksius penyakit, pengenalan karantina untuk membatasi
penyebaran penyakit menular, pengenalan percobaan obat-obatan, berdasarkan
bukti-obat, uji klinis,
Riwayat Ibnu Sina
Kehidupan Ibnu Sina dikenal
lewat sumber - sumber berkuasa dimana sebuah autobiografi membahas tiga puluh
tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya
al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370
(H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah
Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili,
berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah
gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah
Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di
Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi
oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki
kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya
pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah
tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi
kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap
intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy
yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi
Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai
untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata
pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah
- masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga,
untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia
menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia
akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid,
dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada
larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya
dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah
akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia
membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya;
tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari
uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga
dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat
dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk
berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia
16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada
orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru
dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan
pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang
sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya
cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai
merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai." Kemasyuran sang
fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa
meminta bayaran.
Pada usia 17 tahun, Ibnu Sina
berhasil menyembuhkan seorang raja di Bukhara, yaitu Nooh Ibnu
Mansoor, setelah semua tabib terkenal yang diundang gagal menyembuhkan sang
raja tersebut. Dan sebagai balasannya, Ibnu Sina diizinkan untuk membaca smeua
buku-buku di perpustakaan setelah dia menolak pemberian hadiah sang Raja.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan
untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu
Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke
perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan
dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh - musuh Ibnu Sina menuduh din
oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya.
Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap
meluangkan waktu untuk menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22
tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember
1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke
Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman
seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu
Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan
Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat - bakatnya.
Shams al-Ma'äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair dan
sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar
tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina
sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan,
dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah
ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi.
Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan permulaan
dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di
Hyrcania.
Ibnu Sina wafat pada tahun
1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat ketika
sedang mengajar di sebuah sekolah.
Pemikiran Ibnu
Sina
Di antara buku-buku dan risalah yang
ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun
dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid
yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat.
Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu
mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab
al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun
tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan
paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan
dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan
pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan
purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum
pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam
mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan
menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu
Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan
panas kepada khazanah keilmuan dunia.
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki
karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam
salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung.
Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung
tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini
terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari
jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan
melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi
keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan
meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di
kulit luar bumi.”
Ibnu Sina dengan kekuatan
logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam
kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi.
Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat
secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan
Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari
pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika
karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu
secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’
yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu
Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika
beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina
dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode
ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang
dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Berkat telaah dan studi filsafat yang
dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina
berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan
besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang
tak terjawab sebelumnya.
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina
seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju
pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal
Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah
orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat
Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen.
Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia
mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu
Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis
yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina merupakan seorang
ahli geografi yang mampu menerangkan bagaimana sungai-sungai berhubungan dan
berasal dari gunung-ganang dan lembah-lembah. Malahan ia mampu mengemukakan
suatu hipotesis atau teori pada waktu itu di mana gagal dilakukan oleh ahli
Yunani dan Romani sejak dari Heredotus, Aristoteles sehinggalah Protolemaious.
Menurut Ibnu Sina " gunung-ganang yang memang letaknya tinggi iaitu
lingkungan mahupun lapisannya dari kulit bumi, maka apabila ia diterajang lalu
berganti rupa dikarenkan oleh sungai-sungai yang meruntuhkan
pinggiran-pinggirannya. Akibat proses seperti ini, maka terjadilah apa yang
disebut sebagai lembah-lembah."
Ibnu Sina juga telah
memperkembangkan ilmu psikologi dalam perubatan dan membuat beberapa perjumpaan
dalam ilmu yang dikenali hari ini sebagai ilmu perubatan psikosomatics
"psychosomatic medicine". Beliau memperkembangkan ilmu diagnosis
melalui denyutan jantung (pulse diagnosis) untuk mengenal pasti dalam masa
beberapa detik sahaja ketidak - seimbangan humor yang berkenaan . Diagnosis
melalui denyutan jantung ini masih dipratikkan oleh para hakim (doktor-doktor
muslim) di Pakistan, Afghanistan dan Parsi yang menggunakan ilmu perubatan
Yunani. Seorang doktor tabii dari Amerika (1981) melapurkan bahawa para hakim
di Afghanistan, China, India dan Parsi sanggat berkebolehan dalam denyutan
jantung di tempat yang dirasai tetapi mutunya yang pelbagai .Ini merangkumi :
- Kuat atau
denyutan yang lemah.
- Masa antara
denyutan.
- Kandungannya
lembap di paras kulit dekat denyutan itu dan lain-lain lagi.
Dari ukuran-ukuran denyutan jantung
seseorang hakim mungkin mengetahui dengan tepat penyakit yang dihinggapi di
dalam tubuh si pesakit. Ibnu Sina menyedari kepentingan emosi dalam
pemulihan. Apabila pesakit mempunyai sakit jiwa disebabkan oleh pemisahan
daripada kekasihnya , beliau boleh mendapati nama dan alamat kekasihnya itu
melalui cara berikut:
Caranya adalah untuk menyebut banyak nama dan mengulanginya
dan semasa itu jarinya diletakkan atas denyutan (pulse) apabila denyutan itu
terjadi tidak teratur atau hampir-hampir berhenti , seseorang itu hendaklah
mengulang proses tersebut. Dengan cara yang sedemikan , nama jalan , rumah dan
keluarga disebutkan. Selepas itu , kata Ibnu Sina "Jika anda tidak dapat
mengubat penyakitnya maka temukanlah si pesakit dengan kekasihnya , menurut
peraturan syariah maka buatlah".(Terjemahan). Ibnu Sina adalah doktor
perubatan yang pertama mencatatkan bahawa penyakit paru-paru (plumonary
tuberculosis) adalah suatu penyakit yang boleh menjangkit (contagious) dan dia
menceritakan dengan tepat tanda-tanda penyakit kencing manis dan masalah yang
timbul darinya. Beliau sangat berminat dalam bidang mengenai kesan akal (mind)
atas jasad dan telah banyak menulis berkenaan gangguan psikologi.
Karya Ibnu Sina
Buku-buku yang pernah dikarang oleh
Ibnu Sina, dihimpun dalam buku besar Essai de Bibliographie Avicenna yang
ditulis oleh Pater Dominician di Kairo dan diantara beberapa karya Ibnu Sina
ialah :
- Qanun fi Thib
(Canon of Medicine) (Terjemahan bebas : Aturan Pengobatan)
- Asy Syifa
(terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
- An
Nayyat (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa.
- Al-Majmu :
berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap, di tulis saat berusia 21 tahun di
Kawarazm
- Isaguji (The
Isagoge) ilmu logika Isagoge : Bidang logika
- Fi Aqsam al-Ulum
al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang pembahagian
ilmu-ilmu rasional.
- Ilahiyyat (Ilmu
ketuhanan) : Bidang metafizika
- Fiad-Din yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi "Liber de
Mineralibus" yakni tentang pemilikan (mimeral).
- Risalah fi Asab
Huduts al-Huruf : risalah tentang sebab-sebab terjadinya huruf
- Bidang sastera arab
- Al-Qasidah al-
Aniyyah : syair-syair tentang jiwa manusia - Bidang syair dan prosa
- Risalah
ath-Thayr : cerita seekor burung. - Cerita-cerita roman fiktif
- Risalah
as-Siyasah : (Book on Politics) – Buku tentang politik - Bidang
politik
- Al Mantiq,
tentang logika. Buku ini dipersembahkan untuk Abu Hasan Sahil.
- Uyun Al Hikmah
(10 jilid) tentang filsafat. Ensiklopedi Britanica menyebutkan bahwa
kemungkinan besar buku ini telah hilang.
- Al Hikmah El
Masyriqiyyin, tentang filsafat timur.
- Al Insyaf
tentang keadilan sejati.
- Al Isyarat Wat
Tanbihat, tentang prinsip ketuhanan dan kegamaan.
- Sadidiya,
tentang kedokteran.
- Danesh Nameh,
tentang filsafat.
- Mujir. Kabir Wa
Saghir, tentang dasar-dasar ilmu logika secara lengkap.
- Salama wa Absal,
Hayy ibn Yaqzan, al-Ghurfatul Gharabiyyah (Pengasingan di Barat)
IBNU
SINA yang lebih dikenali di Barat dengan nama Avicenna mempunyai nama lengkap
Abu Ali al- Huseyn bin Abdullah bin Hassan Ali bin Sina. Beliau merupakan
seorang yang berbangsa Parsi. Menurut Ibnu Abi Ushaybi’ah ia lahir pada tahun
375 H, di desa Afshanah dekat kota Kharmaitan Propinzi Bukhara Afghanistan
Pada usia 21 tahun, ketika berada di Kawarazm, ia mulai menulis karyanya yang
pertama yang berjudul "Al-Majmu" yang mengandungi berbagai ilmu
pengetahuan yang lengkap.Kemudian ia melanjutkan menulis buku-buku
lain.Nama-nama buku yang pernah dikarang Ibnu Sina, termasuk yang berbentuk
risalah ukuran kecil, dimuat dan di himpun dalam satu buku besar yang berjudul
"Essai de Bibliographie Avicenna" yang dihasilkan oleh Pater Dominican
di Kairo.Antara yang terkandung dalam buku tersebut termasuklah buku karangan
yang amat terkenal iaitu Al-Qanun Fit – Tibb.
Teori-teori anatomi dan fisiologi dalam buku-buku beliau adalah menggambarkan
analogi manusia terhadap negara dan mikrokosmos (dunia kecil) terhadap alam
semester sebagai makrokosmos (dunia besar).Misalnya digambarkan bahawa syurga
kayangan adalah bulat dan bumi adalah persegi dan dengan demikian kepala itu
bulat dan kaki itu empat persegi.
Terdapat
empat musim dan 12 bulan dalam setahun, dengan itu manusia memiliki empat
tangkai dan lengan (anggota badan) mempunyai 12 tulang sendi. Hati (heart)
adalah ‘pangeran’-nya tubuh manusia, sementera paru-paru adalah ‘menteri’-nya.
Leher merupakan ‘jendela’-nya sang badan, manakala kandung empedu sebagai
‘markas pusat’-nya. Limpa dan perut sebagai ‘bumbung’ sedangkan usus merupakan
sistem komunikasi dan sistem pembuangan. Sementara itu "Canon of
Medicine" memuatkan pernyataan yang tegas bahawa "darah mengalir
secara terus-menerus dalam suatu lingkaran dan tak pernah berhenti" .
Namun ini belum dapat dianggap sebagai suatu penemuan tentang srikulasi darah,
kerana bangsa cina tidak membezakan antara urat-urat darah halus (Veins) dengan
pembuluh nadi (arferies). Analogi tersebut hanyalah analogi yang digambarkan
antara gerakan darah dan siklus alam semesta, pergantian musim dan
gerakan-gerakan tubuh tanpa peragaan secara empirik pada keadaan yang
sebenarnya.
Syeikhur Rais, Abu Ali Husein
bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina
atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan
dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga
bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan
oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol
sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke
dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada
aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan
meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau
pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah
antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk
merawat dan mengobatinya.
Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang
besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku
yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun
belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku
dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya...
Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang
ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika
dengan berbagai cabangnya.
Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga
kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami
dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok
bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari
panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di
penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan
ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh
buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun
dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama
kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil
yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina
menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan
agamanya dengan metode yang indah.
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’
dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa.
Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq,
matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai
buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu
alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi
bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad
menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas
kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit.
Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab
Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku
tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman.
Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan
Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas
Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan.
Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu
perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya
akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul
De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas
tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu
Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama
menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat
gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan
munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan
bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga
berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini
adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori
matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai
filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika
ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam
mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika
menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku
bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali.
Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah
atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof
muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting.
Periode pertama adalah periode
ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina
dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode
ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang
dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminas
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal
Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang
terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah
menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di
bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah
Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup
antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis
penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis
utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen
dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof
besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah
ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya
oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi
setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan
namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari
peradaban besar Iran di zamannya.